TARI-TARIAN RITUAL UNTUK PESTA-PESTA KEMATIAN (SULAWESI SELATAN)


1. Ma’badong, adalah semacam tarian massal yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan (bersama-sama), dalam rangka pesta kematian yang terkenal ramainya di Tana Toraja, orang-orang yang ikut dalam ma’badong, sementara melakukan gerakan-gerakan tari juga menyanyi dengan nyanyian-nyanyian yang nadanya seperti orang meratap.
2. Ma’rakka, juga semacam tarian ritual massal yang dilakukan oleh kaum wanita, dalam rangka pesta kematian. Sementara melakukan gerakan-gerakan tari, para penari menyanyi dengan nyanyian yang bernada ratapan yang sangat memilukan hati.
Dalam rangka pesta-pesta ritual itu, terdapat juga alat-alat bunyi-bunyian yang dibunyikan (ditiup atau dipalu) baik untuk mengiringi tari-tarian maupun dibunyikan tersendiri terlepas dari tari-tarian, alat-alat itu dapat disebut antara lain sebagai berikut:
a. Ma’barrung, adalah meniup semacam seruling yang terbuat dari batang padi yang dibentuk seperti terompet. Alat ini ditiup menjelang dilakukannya pesta-pesta dan tari-tarian ritual.
b. Ma’geso’, adalah menggesek alat bunyi-bunyian yang serupa dengan rebab, akan tetapi yang mempunyai seutas tali gesekan. Ma’geso hanya dilakukan pada saat menunggu mayat, menjelang dilakukannya upacara atau pesta kematian.
c. Massuling, adalah alat bunyi-bunyian yang ditiup. Massuling hanya dilakukan dalam rangka pesta kematian, baik menjelang pesta maupun sesudah pesta kematian, untuk mengantar para tamu kembali ketempatnya masing-masing.
d. Ma’bombongan, adalah pemukulan gong besar. Pukulan gong yang bertalu-talu itu, menunjukkan dimulai dan sedang berlangsungnya upacara/pesta kematian bagi orang mati yang disebut to-dirapai (diadakan pesta kematian yang mengorbankan banyak hewan, yaitu babi dan kerbau). Ma’bombongan memberi petunjuk bahwa keluarga yang kematian itu adalah keluarga terkemuka dalam masyarakat. Gong dipalu sampai berakhirnya upacara.
e. Ma’gandang, adalah pemukulan genderang yang menyertai ma’bombongan dengan fungsi yang sama. Ma’gandang hanya dilakukan pada pesta to-dirapai.
Baik tari-tarian maupun bunyi-bunyian ritual itu, menampilkan situasi yang arkais. Gerakan-gerakan yang minim statis, bergoyang badan kekiri-kekanan dan pemindahan kaki ke sisi kiri-kanan atau kemuka dan kebelakan dilakukan serempak-serempak dalam tempo yang sangat pelan dan jarak yang sangat dekat. Nada-nada bunyi-bunyianpun sangat monotoon yang mengekspresikan situasi-situasi sakral.