Selasa, 13 Desember 2011
Alat-Alat Pencarian Hidup Orang Bugis-Makassar
Mata pencarian hidup orang Sulawesi Selatan yang dikenal semenjak dahulu kala, adalah bertani bagi yang berdiam di pedalaman dan daerah pegunungan dan berlayar atau menangkap ikan dengan berperahu bagi yang berdiam di daerah-daerah pesisir/pantai. Oleh karena itu, maka peralatan-peralatan untuk melaksanakan mata pencarian hidup dalam dua lapangan ini,menjadi benda-benda kebudayaan yang sangat penting dikalangan orang Bugis-Makassar.
1). Alat-alat pencarian hidup di laut/air.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah alat-alat utama seperti perahu untuk pengangkutan barang-barang niaga dan alat-alat penangkap ikan, sebagai nelayan, dapat disebutkan antara lain jenis-jenisnya sebagai berikut:
a. Penisi/pinisi,
Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran besar (20 sampai 100 ton). Jenis perahu ini mengarungi laut-laut besar dalam abad-abad lalu menghubungkan Makassar dengan kepulauan Nusantara baik di Timur maupun di Barat. Jenis perahu ini mempunyai dua tiang agung dengan layar berlapis-lapis di bagian depan, pada dua tiang agung, ditambah dua buah layar kecil pada masing-masing puncak tiang agung. Kemudian yang terpasang di belakang ada dua buah.
Dahulu kala perahu jenis ini dipakai juga oleh armada-armada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk penyerangan dan peperangan di laut dipergunakan jenis lain yang lebih lincah dan lebih cepat.
Penisi, selaku perahu niaga, dipimpin oleh seorang Ana'koda (nakhoda), juru mudi, juru batu dan awak perahu lainnya yang disebut sawi. Perahu dagang jenis penisi, sampai sekarang masih dipergunakan untuk pelayaran niaga interinsuler yang dapat dijumpai di semua pelabuhan di negeri kita.
b. Lambo' (Palari),
Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran lebih kecil dari pinisi (10 sampai 50 ton). Sama halnya dengan pinisi, jenis ini pun dapat mengarungi laut yang jauh-jauh untuk mengangkut barang-barang niaga antarpulau. Bedanya dengan pinisi, lambo' palari, hanya mempunyai satu tiang agung, dengan layar berlapis-lapis dibagian depan, layar utama dan layar tambahan di puncak tiang agung.
c. Lambo calabai,
Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar, yang berbentuk badan seperti bentuk kapal-kapal biasa. Tiang layar (tiang agungnya), biasanya hanya sebuah. Model layar seperti yang dipergunakan oleh pinisi atau lambo' palari.
d. Jarangka',
Adalah perahu dagang orang Bugis-Makassar yang berukuran rata-rata kecil, dan dipergunakan hanya untuk pelayaran sekitar pantai Sulawesi Selatan. Perahu jenis ini, mempergunakan layar segi empat dan lincah dalam menghadapi berbagai situasi di laut. Perahu jenis inilah dahulu dipergunakan untuk menjadi perahu-perahu perang dan kawal pantai, karena lincah laju.
e. Soppe',
Adalah juga jenis perahu dagang orang bugis makassar, dalam ukuran kecil ( 1 sampai dengan 10 ton) dipergunakan untuk angkutan barang-barang dagangan antar pulau sekitar pantai-pantai Sulawesi Selatan. Juga biasa dipergunakan untuk mengangkut penumpang antarpulau.
f. Pajala,
Adalah jenis perahu yang umum dipergunakan oleh nelayan lepas pantai (menangkap ikan jauh ke tengah laut). Mempergunakan layar segi empat dan lincah bergerak. jenis ini juga dipergunakan untuk menangkap ikan terbang jauh ke tengah laut dan berhari-hari lamanya meninggalkan pantai. awak-awak perahu pajala, agak berbeda dengan perahu dagang. Perahu nelayan semacam ini, dipimpin oleh seorang punjala (pemimpin dan mengemudikan perahu), dan yang lainnya disebut saja sawi, yang biasanya seluruhnya terdiri atas 5 sampai 10 orang.
2). Alat-alat pertanian
Alat-alat pertanian orang Bugis-Makassar, khususnya untuk pengolahan tanah persawahan (padi) dipergunakan alat-alat yang pada umumnya sama dengan alat-alat pertanian daerah-daerah lain di Indonesia.
Alat utama pada pembajakan sawah dipergunakan lukuh, (sakkala,[Bg] pajjeko [Mk]) yang ditarik oleh kerbau. Sistem pengairan pun dikenal, walaupun masih lebih dari separuh tanah persawahan di Sulawesi Selatan belum mempergunakan pengairan teknis. Disamping mempergunakan lukuh atau bajak, dibeberapa tempat tanah sawah yang berair itu untuk menjadikannya baik bila ditanami padi, maka ke dalam petak-petak sawah dikerahkan kerbau untuk menginjak-injaknya. setelah tanah menjadi lembut berlumpur, maka dilakukanlah pembersihan kemudian ditanami.
Pacul dan linggis juga dikenal sebagai alat-alat pertanian di Sulawesi Selatan. Pada tanah-tanah tegalan untuk membongkar tanah dipergunakan linggis kemudian menggemburkannya dengan pacul. tanah demikian ditanami jagung atau palawija.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar